TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB SUPERVISOR
DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN HADIS
A.
Pendahuluan
Pengawasan
(supervisi) merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka
menjamin terlaksananya kegiatan dengan konsisten. Dalam konsep pendidikan Islam,
pengawasan dilakukan baik secara material maupun spiritual artinya pengawasan
tidak hanya mengedepankan hal-hal yang bersifat materil saja, tetapi juga
mementingkan hal-hal yang bersifat spiritual. Hal ini yang secara signifikan
membedakan antara pengawasan dalam konsep Islam dengan konsep sekuler, yang
hanya melakukan pengawasan bersifat materil dan tanpa melibatkan Allah swt
sebagai pengawas utama. Pengawasan bukan hanya dilakukan oleh supervisor tetapi
juga Allah swt, dan menggunakan metode manusiawi yang menjunjung martabat
manusia.
Pengawasan
merupakan salah satu dari fungsi manajemen. Ilmu manajemen diperlukan oleh
seorang supervisor dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya agar tujuan
yang hendak dicapai bisa diraih secara efektif dan efisien. Di dalam
Al-Qur’an dan Hadis penjelasan secara eksplisit pembahasan tentang tugas dan
tanggung jawab supervisor pendidikan tidak ditemukan, namun penulis akan
mencoba mengaitkannya secara filosofis.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tugas
dan tanggung jawab supervisor dilihat dari sudut pandang Al-Qur’an dan Hadis.
B.
Pengertian
Tugas, Tanggung Jawab dan Supervisor
Kata tugas
dalam kamus bahasa Indonesia punya dua pengertian yaitu pertama sesuatu yang
wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan. Kedua suruhan atau
perintah untuk melakukan sesuatu. Jadi tugas adalah mengemban amanah yang telah
diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan pengertian
tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.[1]
Jadi segala perbuatan yang dilakukan harus diperhitungkan dan memiliki dampak
baik positif maupun negatif. Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang berbicara
mengenai tanggung jawab, salah satunya diungkapkan dalam surat Al-Isra’ ayat
36:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ
وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
Artinya: “Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya”.[2]
Dalam ayat ini
jelas bahwa segala apa yang didengar, dilihat dan tersirat dalam hati manusia
kelak akan dipertanggungjawabkan kepada Allah swt.
Pengertian supervisor
menurut beberapa para ahli manajemen antara lain:[3]
1.
Dalam
pengertian yang sederhana supervisor adalah orang yang melaksanakan kegiatan
supervisi.
2.
Supervisor
dalam pengertian tradisonal adalah administrator dalam segala tingkatannya atau
semua atasan terhadap bawahannya.
3.
Supervisor
dalam pengertian baru adalah semua atasan yang langsung berhubungan dengan
guru-guru dan personalia lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran.
Dari beberapa
pengertian di atas, dapat disimpulkan orang
yang berada dibalik kegiatan supervisi adalah supervisor, mereka adalah pengawas,
manajer, direktur atau kepala sekolah, administrator atau evaluator. Supervisor
juga disebut sebagai orang yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan
dan pembinaan terhadap orang yang disupervisi. Sedangkan tugas dan tanggung
jawab supervisor adalah tugas atau amanah dan kewajiban yang dipikul oleh seorang
supervisor.
Pelaksanaan
suatu pekerjaan ada yang mengawasinya sehingga proses perbuatan itu terjamin
pelaksanaannya. Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang berbicara tentang
kepengawasan, diantaranya:
QS. Al-Infitar ayat 10-12 yaitu:
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ
لَحَافِظِينَ ﴿١٠﴾ كِرَاماً كَاتِبِينَ ﴿١١﴾ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ ﴿١٢﴾
Artinya: “Padahal
sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu).
Yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu).
Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
QS. Ar-Ra’d ayat 11 yaitu:
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ
مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ.....
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah...”
QS. Qaf ayat
18, yaitu:
مَا يَلْفِظُ مِن
قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ ﴿١٨﴾
Artinya: “Tiada
suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir”.
C.
Tugas
dan Tanggung Jawab Supervisor Pendidikan
Menurut Gwyn ada 10 tugas utama supervisor yaitu:
1.
Membantu
guru mengerti dan memahami peserta didik.
2.
Membantu
mengembangkan dan memperbaiki baik secara individual maupun secara
bersama-sama.
3.
Membantu
seluruh staf sekolah agar lebih efektif dalam melaksanakan proses belajar
mengajar.
4.
Membantu
guru dalam meningkatkan cara mengajar yang efektif.
5.
Membantu
guru secara individual.
6.
Membantu
guru agar dapat menilai para peserta didik lebih baik.
7.
Menstimulir
guru agar dapat menilai diri dan pekerjaannya.
8.
Membantu
guru agar merasa bergairah dalam pekerjaannya dengan rasa aman.
9.
Membantu
guru dalam melaksanakan kurikulum di sekolah.
10.
Membantu
guru agar dapat memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat
tentang kemajuan sekolahnya.[4]
Sedangkan
menurut Made Pidarta tugas dari seorang supervisor pendidikan adalah:[5]
1.
Mengembangkan
kurikulum
2.
Mengorganisasi
pengajaran
3.
Menyiapkan
staf pengajar
4.
Menyiapkan
fasilitas belajar
5.
Menyiapkan
bahan-bahan pelajaran
6.
Menyelenggarakan
penataran-penataran guru
7.
Memberikan
konsultasi dan membina anggota staf pengajar
8.
Mengkoordinasi
layanan terhadap para siswa
9.
Mengembangkan
hubungan dengan masyarakat
10.
Menilai
pengajaran
Adapun yang
menjadi tanggung jawab supervisor pendidikan secara umum, diantaranya:[6]
1.
Perencanaan
2.
Administrasi
(maksudnya dalam manajemen)
3.
Supervisi
4.
Pengembangan
kurikulum
5.
Demonstrasi
mengajar
6.
Riset
D.
Tugas
dan Tanggung Jawab Supervisor Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis
Tugas
dan tanggung jawab supervisor secara umum yaitu melakukan pengawasan.
Pengawasan dalam Islam dilakukan untuk mengontrol dan meluruskan yang bengkok,
mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak. Pengawasan dilakukan untuk
menjamin agar pelaksanaan kerja berjalan dengan standar yang telah ditetapkan
dalam perencanaan. Pengawasan juga sebagai upaya agar sesuatu dilaksanakan
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan instruksi yang telah
dikeluarkan. Dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan,
sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui kemudian dilakukan
perbaikan. Pengawasan di dalam Islam paling tidak terbagi kepada dua hal yaitu:
1. Pengawasan yang berasal dari diri
sendiri, yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah swt.
2. Pengawasan yang berasal dari luar,
seperti diawasi oleh orang lain atau siapapun yang melakukan pengawasan. Begitu
juga dalam pendidikan, supaya pendidikan berlangsung dengan baik dan lancar,
sesuai dengan yang diharapkan maka salah satunya dilakukan dengan cara melakukan
pengawasan.
Orang
yang yakin bahwa Allah swt pasti mengawasi hamba-Nya, maka orang itu akan bertindak
hati-hati. Dia yakin Allah swt pasti selalu mengawasi apa yang dia kerjakan. Tidak
ada seorangpun di muka bumi ini yang dapat menyembunyikan sesuatu dari Allah
swt karena Dia maha mengawasi dan mengetahui isi segala hati. Sebagaimana
firman Allah swt dalam QS. Al-Mujadalah ayat 7 yaitu:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِن نَّجْوَى ثَلَاثَةٍ
إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ
سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِن ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ
أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ﴿٧﴾
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa
sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi?
Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya.
Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya.
Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih
banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia
akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka
kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
Selain itu dalam QS. Al-Ahzab ayat 52, Allah swt berfirman:
..... وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ رَّقِيباً ﴿٥٢﴾
Artinya: “... Dan
adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu”.
Menjadi pemimpin maupun
supervisor merupakan suatu amanah dari Allah swt, maka berkaitan dengan
permintaan tanggung jawab oleh Allah swt. Berkenaan dengan amanah yang
dipikulkannya, maka seorang mestilah menjalankan amanah dengan baik, karena ia
akan menjelaskannya dihadapan Allah swt. Seperti terdapat dalam QS Al-Nisa’
ayat 58 berikut.
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ
أَن تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن
تَحْكُمُواْ بِالْعَدْلِ
إِنَّ اللّهَ نِعِمَّا
يَعِظُكُم بِهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ سَمِيعاً بَصِيراً ﴿٥٨﴾
Artinya: Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum dantara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Ayat di atas
memerintahkan menunaikan amanat, ditekankannya bahwa amanat tersebut harus
ditunaikan kepada ahliha yakni pemiliknya. Ketika memerintahkan
menetapkan hukum dengan adil, dinyatakan “apabila kamu menetapkan hukum
diantara manusia”. Ini berarti bahwa perintah berlaku adil itu ditunjukkan terhadap
manusia secara keseluruhan.[7]
Sebuah hadis tentang kepemimpinan dapat disimak dengan baik, dan hal ini bisa
menjadi acuan untuk seorang supervisor.
حَديث عبد الله ابن عمررضي الله عنه ان رسول الله
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ
عن رعيته ، فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهم،
وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عنهم، وَالْمَرْأَةُ
رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بعلها وولده وهي مَسْئُولٌة
عنهم، وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عنه، أَلاَ
فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ
عن ر عيته.....(متفق عليه)
Artinya: “Abdullah bin Umar ra berkata bahwa
Rasulullah saw telah bersabda: kalian semuanya adalah pemimpin (pemelihara) dan
bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin akan ditanya tentang rakyat yang
dipimpinnya. Suami pemimpin keluarga dan akan ditanya tentang keluarga yang
dipimpinnya. Istri memelihara rumah suami dan anak-anaknya dan akan ditanya
tentang hal yang dipimpinnya. Seorang hamba (buruh) memelihara harta majikannya
dan akan ditanya tentang pemeliharaannya. Camkanlah bahwa kalian semua pemimpin
dan akan dituntut (diminta pertanggungjawaban) tentang hal yang dipimpinnya”. (HR.
Bukhari Muslim).[8]
Hadis di atas sangat jelas menerangkan tentang
tanggung jawab kepemimpinan setiap muslim dalam berbagai posisi dan
tingkatannya. Mulai tingkatan pemimpin rakyat sampai tingkatan penggembala,
bahkan tersirat sampai tingkatan memimpin diri sendiri. Semua orang memiliki
tanggung jawab dan akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah atas
kepemimpinannya kelak di akhirat.
Begitu juga dengan supervisor merupakan seorang
pemimpin atas dirinya dan orang yang disupervisinya (guru). Pemimpin dalam
segala aspek, mulai dari yang paling bawah sampai yang paling tinggi, di dalam
hadis di atas dikenal dengan istilah الراعى atau penggembala. Karena
memang tugas dasar dan tanggung jawab seorang pemimpin tidak jauh berbeda
dengan tugas penggembala, yaitu memelihara, mengawasi, dan melindungi
gembalaannya.
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus
betul-betul berlaku adil dan berbuat sesuatu sesuai dengan aspirasi rakyatnya.
Sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT dalam QS. An-Nahl ayat 90 yaitu:
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
Aspirasi dari rakyat (guru) sangat dibutuhkan
karena dengan memudahkan rakyat dilibatkan dalam setiap keputusan yang ada,
sehingga terjalin hubungan yang saling memahami kewajiban dan hak
masing-masing, seperti yang tergambar dalam hadis Nabi di bawah ini:
عَنْ
عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِيْنَ تُحِبُّوْنَهُمْ وَيُحِبُّوْنَكُمْ
وَيُصَلُّوْنَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّوْنَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ
الَّذِيْنَ تُبْغِضُوْنَكُمْ وَتُلْعِنُوْنَهُمْ وَيُلْعِنُوْنَكُمْ قِيْلَ يَا
رَسُوْلُ اللهِ أَفَلاَنُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ ؟ فَقَالِ: لاَ مَا أَقَامُوْا
الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكمْ شَيْأً تُكْرِهُوْنَهُ
فَاكْرَهُوْا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوْا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ (رواه مسلم).[9]
Artinya: “Dari Auf ibn Malik, dari Rasul saw bersabda “sebaik-baik
pemimpin kalian adalah orang yang mencintai kalian begitu pula sebaliknya dan
mereka selalu mendoakan kalian dan kalian juga selalu mendoakan mereka, dan
sejela-jeleknya pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka juga
membernci kalian dan kalian melaknat mereka begitu pula sebaliknya, Rasul ditanya:
apakah mereka boleh diperangi? Rasul menjawab tidak selama masih mengerjakan
shalat dan jika kalian melihat pada diri mereka sesuatu yang tidak disukai maka
bencilah pekerjaannya dan membangkang/tidak patuh”. (HR. Muslim)
Hadis di atas menuntut adanya keserasian atau kerjasama yang baik
antara pemimpin dan yang dipimpin, semua itu dapat terwujud dengan diangkatnya
pemimpin yang dapat diterima oleh masyarakat karena pemimpin merupakan
representasi dari suara rakyat. Dalam hal ini seorang pengawas harus
menjalankan kompetensi yang dimilikinya yakni kompetensi sosial.
Dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab kepemimpinannya, seorang pemimpin harus
dapat memahami, menghayati, dan menyelami kondisi jiwa "gembalaannya"
yang berbeda-beda. Rakyat/gembalaan memiliki kapasitas dan kapabilitas
tersendiri, sehingga pemimpin harus terus menggali dan mengembangkan kualitas
pemahaman terhadap rakyatnya yang beragam tersebut dengan perspektif psikologi
Islam atau psikologi kenabian.[10]
Suatu pelajaran
yang berharga dari Rasulullah saw, agar pemimpin memperhatikan orang-orang yang
dipimpinnya yang memiliki kondisi berbeda-beda diisyaratkan pada sabda beliau:
أَخْبَرَنِى
أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله
عليه وسلم
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِلنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِى النَّاسِ
الضَّعِيفَ وَالسَّقِيمَ وَذَا الْحَاجَةِ
Artinya: “Abu Salamah ibn ‘Abd al-Rahman
menyampaikan kepadaku bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah mengatakan; Rasulullah
saw bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian menjadi imam, hendaklah
ia meringankan shalatnya. Karena di antara manusia itu ada yang lemah, ada yang
sakit, dan adapula orang yang punya hajat".
Seorang pemimpin hendaknya mempelajari banyak
ilmu. Selain ilmu psikologi, pemimpin juga hendaknya melengkapi diri dengan
pengetahuan sosiologi sebagai ilmu pelengkap untuk dapat menguasai teknik dan
seni memimpin. Pemimpin yang tidak paham dengan kondisi dan eksistensi jiwa
rakyatnya, kemungkinan dapat berbuat di luar batas-batas kemanusiaan dengan
bertindak sewenang-wenang di luar batas kesanggupan manusia yang dipimpin itu. Oleh
karena itu, seorang pemimpin hendaknya jangan menganggap dirinya sebagai
manusia super yang bebas berbuat dan memerintah apa saja kepada rakyatnya. Akan
tetapi sebaliknya, ia harus berusaha memposisikan dirinya sebagai pelayan dan
pengayom masyarakat. Begitu pula halnya supervisor kepada yang disupervisinya.
Bahkan pemimpin yang tidak mampu memelihara,
melindungi, dan mampu memberikan rasa aman terhadap rakyatnya, bukanlah
pemimpin sejati menurut Islam. Pemimpin yang membuat susah dan sengsara
rakyatnya karena tindakan-tindakannya yang sewenang-wenang akan dipersulit dan
disengsarakan pula oleh Allah swt. 'Aisyah ra memberitakan bahwa Rasulullah saw
pernah berdoa:
اللَّهُمَّ مَنْ
وَلِىَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِى شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ
وَمَنْ وَلِىَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِى
شَيْئًا
فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ
Artinya: "Ya
Allah, siapa yang menguasai sesuatu dari urusan umatku lalu mempersulit mereka,
maka persulitlah baginya. Dan siapa yang mengurusi umatku dan berlemah lembut
kepada mereka, maka permudahlah baginya".[11]
Seorang
pemimpin harus melakukan pengawasan terhadap diri terlebih dahulu sebelum
melakukan pengawasan terhadap orang lain. Pengawasan terhadap diri sendiri
dengan melakukan introspeksi atau penghitungan diri sendiri dengan tujuan
meningkatkan kreativitas dan produktivitas (amal shaleh) pribadi. Apabila dalam
proses evaluasi tersebut ditemukan beberapa keberhasilan, maka keberhasilan itu
hendaknya dipertahankan atau ditingkatkan tetapi apabila ditemukan beberapa
kelemahan dan kegagalan, maka hendaknya hal itu segera diperbaiki dengan cara
meningkatkan ilmu, iman dan amal. Umar bin Khattab berkata:
عَنْ
عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ: حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا وزنوا
أعمالكم
قبل أن
توزن
Artinya: “Periksalah dirimu
sebelum memeriksa orang lain. Lihatlah terlebih dahulu atas kerjamu sebelum
melihat kerja orang lain”.[12]
Statemen ini berkaitan dengan kegiatan evaluasi
terhadap diri sendiri. Asumsi yang mendasar statemen tersebut adalah bahwa
Allah swt mengutus dua malaikat Raqib dan Atid sebagai pengawas terhadap
manusia. Oleh karena itu, manusia dituntut selalu waspada dan memperhitungkan
segala tindakannya, agar kehidupannya kelak tidak merugi.[13]
Selain itu, tugas dan tanggung jawab pemimpin
atau supervisor adalah memberikan bimbingan atau pengarahan, petunjuk dan
peringatan kepada bawahannya. Bimbingan menurut Hadari Nawawi berarti
memelihara, menjaga dan memajukan organisasi (pendidikan) melalui setiap
personal baik secara struktur maupun fungsional, agar setiap kegiatannya tidak
terlepas dari usaha mencapai tujuan. Kegiatan bimbingan dapat berbentuk sebagai
berikut:
1.
Memberikan dan menjelaskan perintah.
2.
Memberikan petunjuk melaksanakan kegiatan.
3.
Memberikan kesempatan meningkatkan pengetahuan,
keterampilan atau kecakapan dan keahlian agar lebih efektif dalam melaksanakan
berbagai kegiatan organisasi.
4.
Memberikan kesempatan ikut serta menyumbangkan
tenaga dan fikiran untuk memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan
kreativitas masing-masing.
5.
Memberikan koreksi agar setiap personal
melakukan tugas-tugasnya secara efisien.[14]
Al-Qur’an memberikan pedoman terhadap proses
pembimbingan atau pengarahan ataupun memberikan petunjuk dan peringatan dalam
melakukan supervisi. Sebagaimana diterangkan dalam QS. Al-Kahfi ayat 2 yaitu:
قَيِّماً
لِّيُنذِرَ بَأْساً شَدِيداً مِن لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ
الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ
أَجْراً حَسَناً ﴿٢﴾
Artinya: “Sebagai bimbingan yang lurus,
untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi
berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh,
bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik”.
QS. Az-Zariat ayat 55, berbunyi:
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
﴿٥٥﴾
Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan,
karena sesungguhnya peringatan itu bermanfa`at bagi orang-orang yang beriman”.
Dalam QS. As-Sajadah ayat 24, Allah swt juga
berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا
لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ ﴿٢٤﴾
Artinya: “Dan Kami jadikan diantara mereka
itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”.
E.
Kesimpulan
Supervisor
adalah orang yang berada di balik kegiatan supervisi. Supervisor juga disebut
sebagai orang yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan dan pembinaan
terhadap orang yang disupervisi. Sedangkan tugas dan tanggung jawab supervisor
adalah tugas dan kewajiban yang dipikul oleh seorang supervisor.
Tugas
supervisor pendidikan pada dasarnya menyediakan bantuan dan dukungan bagi
pertumbuhan profesional guru. Sedangkan tanggung jawab supervisor yaitu
perencanaan, administrasi, supervisi, pengembangan kurikulum, demonstrasi
mengajar dan riset
Tugas dan
tanggung jawab supervisor dalam perspektif al-Qur’an dan Hadis minimal ada dua,
yaitu pertama mengemban amanah yang telah diberikan kepadanya dengan
sebaik-baiknya dengan cara melaksanakan pengawasan kepada orang yang berada
dibawah kepemimpinannya. Kedua memberikan bimbingan atau pengarahan, petunjuk
dan peringatan kepada orang yang berada di bawah kepemimpinanya.
Di dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, seorang pemimpin atau supervisor harus
memegang amanah dan berlaku adil terhadap orang yang yang berada di bawah
kepemimpinannya karena akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah swt di
akhirat nanti.
[1]Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), h. 118
[2]Al-Qur’an dan
Terjemahnya, surat Al-Isra’ ayat 36
[3]Jerry H. Makawimbang,
Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.
89
[4]E. Mulyasa, Manajemen
Berbasis Sekolah, (PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 159-160
[5]Made Pidarta, Pemikiran
Tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 57
[7]M. Quraish
Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
(Ciputat: Lentera Hati, 2000), Volume 2, h. 458
[8]Zainal Abidin, 530
Hadits Shahih Bukhari-Muslim, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h. 116
[9]Abu Zakariya
Yahya Ibn Syaraf al- Nawawi, Syarh Shahih Muslim, Juz III. Cet II
(Beirut: Dar Ihya’ al-Turas al-‘arabi, 1392 H), h. 1481
[10]Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership (Yogyakarta:
DIVA Press, 2008), h. 21
[11]Muslim al-Qusyairi, op. cit., jil. III, h. 1458.
[12]H.R. Tirmidzi, (CD
Maktabah Syamilah: Kitab Sunan Tirmidzi, Juz IV, Hadis No. 2459, h. 638)
[13]Azyumardi Azra,
Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millennium Baru, (Jakarta:
Logis, 1999), h. 14
[14]Hadari Nawawi, Administrasi
Pendidikan, (Jakarta: Gunung agung, 1983), h. 36
Mantap,... ditunggu tulisan berikutnya
BalasHapustry this website sex chair,male sex doll,sex chair,sex chair,horse dildo,male sex dolls,sex chair,horse dildo,vibrators his response
BalasHapus